Minggu, 01 Maret 2015

Christian Lifestyle : Bersukacita

Standard
Cara Hidup Orang Kristen 

Menurut KBBI sukacita itu: suka hati; girang hati; kegirangan. Tahukah kamu bahwa kata sukacita/bersukacita memiliki jumlah yang sangat banyak yaitu 87 dari 82 ayat (TB). Nah menurut kalian sukacita itu apa? Apakah sukacita itu selalu identik dengan mendapatkan hadiah atau mendapatkan nilai bagus atau apa? Menurut beberapa orang, saya bersukacita karena saya mendapatkan nilai bagus, yang lain mengatakan pada saat ulang tahun saya dibelikan mobil Ferrari, yang lain mengatakan saya bersukacita karena saya naik pangkat dalam pekerjaan, ada juga yang mengatakan saya bersukacita karena akhirnya setelah penantian panjang akhirnya bisa menikah juga, dsb. Lalu bagaimana menurut Alkitab?
Alkitab mengatakan dalam Lukas 6:20-26 dan Matius 5:1-12. Berbahagia dalam ayat di atas dalam Bahasa Yunani ditulis “Makarioi” (sg: makarios) yang artinya terbekatilah. Dalam hal ini tidak ditulis “eulogia” (Ibr: beraka). “Eulogia” umumnya dipakai dalam doa untuk memberkati seseorang misalnya, “Tuhan memberkati anak-anak ini”. Kata “Makarios” (greek) atau “asir” (Hebrew) merupakan kata yang unik, yang artinya terbekati. Jadi orang yang berbahagia adalah orang yang diberkati Tuhan. Berkat Tuhan itulah yang membuat seseorang dapat menikmati kehidupan yang indah. Ada orang yang mencoba mengganti “Berbahagia” dengan “Bersukacita” (Happy). Berbahagia berbeda dengan bersukacita. Sebab sukacita mengungkapkan keadaan subjektif, sedang penilaian yang Yesus berikan adalah objektif. Ia menceritakan bukan suatu perasaan, melainkan pendapat Yesus tentang keadaan.
Hal-hal apa saja yang disebut sebagai orang keberkatan:

1.     Matius 5:3 berbunyi “Blessed are the poor in spirit, for the kingdom of heaven belongs to them. (New English Translation)”. Di sini dikatakan bahwa diberkatilah orang yang miskin dalam roh. Orang yang miskin dalam roh ini maksudnya adalah bahwa setiap orang yang tidak mengisi kehidupannya dengan hal-hal duniawi, tetapi yang mengisi setiap kehidupannya dan pikirannya kepada Tuhan. Selain itu kata miskin di sini ditulis ptokhoi yang memiliki arti poor as a beggar atau bisa dibilang bahwa miskin sekali sehingga dia hanya bergantung pada orang lain. Oleh karena itu kita harus bisa mengakui bahwa kita benar-benar butuh Tuhan dan benar-benar sepenuhnya mengandalkan Tuhan.

Kalau kita benar-benar mengandalkan Tuhan 100%, maka kita akan merasakan pekerjaan Tuhan yang sangat dasyat dalam kehidupan kita. Untuk bisa melihat seseorang penuh dengan apa dalam kehidupannya, kita bisa mengetahuinya dengan apa yang dibagikannya atau apa yang disampaikannya. Kalau yang disampaikannya adalah maki, kata-kata kotor, balas dendam, kedengkian, dsb. Berarti orang tersebut penuh dengan hal itu. Kalau orang tersebut mengatakan dalam setiap kehidupannya kata-kata yang menguatkan, FT, dsb. Maka orang itu penuh dengan hal itu. Dalam kasus ini tidaklah dibuat-buat. Seringkali orang akan bisa mengeluarkan kata yang berada dalam hatinya kalau dalam keadaan spontanitas atau bisa dibilang keceplosan.

2    2.  Matius 5:4 berbunyi “blessed are those who mourn, for they will be comforted. (New EnglishTranslation)”. Di sini dikatakan bahwa diberkatilah orang yang berdukacita. Berdukacita yang dimaksud lebih kearah berdukacira karena setiap dosa-dosa yang ada. Berdukacita terhadap dosa artinya tidak mau berbuat dosa. Berdukacita di sini bukanlah berarti merenungkan nasibnya, tetapi berdukacita karena setelah miskin dalam roh lalu Kristus memenuhi hidupnya, sehingga dapat melihat isi dunia ini penuh dengan dosa, kegelapan, dan keduniawian. Dahulu tidak melihat hal ini, tetapi sekarang melihat dengan jelas bahwa dunia ini akan dibinasakan. Ia sangat berdukacita sebab melihat ada banyak orang yang akan binasa. Ia berdukacita sebab banyak orang yang menolak Kristus, menghalangi pekerjaan Roh Kudus, menelantarkan gereja. Orang yang berdukacita seperti ini akan mendapatkan penghiburan Tuhan (Mzm 119:136). Walaupun berdukacita, tetapi mempunyai pengharapan yaitu Yesus Kristus, sehingga mendapatkan penghiburan. Baca 2Kor 1:3-11.


3    3.  Matius 5:5 berbunyi “Blessed are the meek, for they will inherit the earth.(New English Translation)”. Lemah lembut (praeis berarti lembut, rendah hati, baik budi, sopan dan di dalamnya terkandung pengertian penguasaan diri) di sini bukan berarti ramah atau rendah hati, sebab praeis artinya sikap lembut yang dapat ditunjukkan di saat menghadapi serangan atau kemarahan dengan tidak berniat untuk membalas. Contoh karakter orang yang bisa kita lihat adalah Musa. Selain itu lemah lembut artinya mau menanggung beban walaupun penuh sengsara sekalipun. Ketika melihat dunia yang penuh dengan pemberontakan kepada Allah, hatinya berdukacita, lalu dengan penuh kelembutan ia mau memikul beban itu dan berdoa syafaat bagi seisi dunia. Musa dikenal sebagai orang yang lembut hatinya, sebab ia mau menanggung beban seluruh orang Israel, bahkan kelembutan hatinya membuat ia rela namanya dicoret dari  Buku Kehidupan, asal bangsa Israel selamat (Ulg 32:32). Ia rela mati, demi bangsanya.

Demikian juga Yesus, rela mati demi seluruh umat manusia. Tidak heran, Allah menobatkan Dia menjadi Tuhan dan Kristus (Kis 2:36), Kepala segala sesuatu, baik yang di Surga maupun yang di bumi (Ef 1:10). Untuk mendapatkan hati yang lemah lembut orang tersebut terlebih dahulu harus berdukacita terhadap kejahatan. Jika kita memandang bahwa kejahatan seseorang akan mendatangkan maut, tentu kita akan melawannya dengan cara mendoakannya. Sehingga lama kelamaan kelemah lembutan itu terbentuk. Kelemah lembutan terbentuk karena adanya kekerasan, tetapi tidak bereaksi melawan. Selain itu dijelaskan juga bahwa orang yang lemah lembut akan memiliki bumi. Artinya bahwa ketika orang itu lemah lembut, ia akan bisa mendapatkan hati orang lain. Ketika kita sudah bisa memenangkan hati orang lain, maka apapun akan diberikan.

4.    Matius 5:6 berbunyi “Blessed are those who hunger and thirst for righteousness, for they will be satisfied. (New English Translation)”. Mengapa orang yang lapar dan haus disebut bahagia? Sebab inilah syarat untuk diberkati Tuhan secara melimpah, inilah syarat Roh Kudus bekerja. Mengapa tidak diberkati Tuhan? Karena tidak lapar akan kebenaran. Orang yang benar-benar lapar, dari batinnya ada satu keperluan untuk berjumpa dengan Allah, Allah pasti memberkati dia. Kita harus mengetahui bahwa semua kemajuan rohani tergantung pada kelaparan dan kehausan kita kepada Tuhan. Ketika seseorang semakin lapar dan semakin haus akan Tuhan, maka Tuhan akan semakin mengisi kehidupan rohani orang tersebut lebih lagi. Sebagai perumpaan, jika seseorang itu sudah kenyang, maka ketika ada makanan apa pun yang di hadapannya pastilah dia akan menolaknya. Tetapi jika orang yang lapar sekali, apa pun makanan yang di hadapannya, pastilah dia akan makan. Begitu juga dengan kehidupan kita, kita seringkali malas untuk berdoa, malas untuk membaca alkitab, malas untuk beribadah disebabkan karena kita telah dikenyangkan oleh hal-hal duniawi, sehingga ketika Tuhan memberikan kita makanan yang rohani, kita akan merasa malas. Oleh karena itu cobalah untuk tidak terus-menerus dikenyangkan oleh hal-hal duniawi agar kita bisa dikenyangkan oleh hal-hal rohani yang berasal dari Tuhan. 

5. Matius 5:7 berbunyi “Blessed are the merciful, for they will be shown mercy. (New English Translation)”. Orang yang berbahagia adalah orang yang memiliki hati yang murah. Inilah kekayaan yang tidak dimiliki dunia. Murah hari (eleeemoon) adalah orang yang menaruh belas kasihan kepada orang lain. Dunia sama sekali tidak mengenal murah hati, sebagaimana juga gereja yang sudah mendunia, yang sudah kehilangan sifat ilahinya. Dunia lebih suka membuat dirinya kebal terhadap kesengsaraan dan ratap tangis manusia. Dunia menutup mata dan telinga akan kemurahan, tetapi terbuka akan pembalasan. Berapa banyak orang yang mau meminta maaf dan yang mau memaafkan? Terlalu sedikit. Banyak orang yang bersalah masih mencoba membela diri dengan menyalahkan orang lain. Dendam kesumatlah yang paling menggairahkan baginya, kalau bisa terus menerus sampai tujuh turunan.

Tetapi pengampunan? Itu terlalu lembek, dan sama sekali tidak merangsang. Namun, bagi mereka yang menunjukkan murah hati, tak ada pilihan lain yang imbalannya lebih luhur, “Jikalau kamu mengampuni kesalahan orang. Bapamu yang di Surga akan mengampuni kamu juga” (Mat 6:14). Dalam kemurahan di sini bukan berarti ketika kita mendapatkan sesuatu langsung dikasih kepada orang lain. Sebagai contoh, ada orang yang ketika sudah mendapatkan uang, dia langsung membagi-bagikannya tanpa memikirkan hari esok. Memang orang ini memiliki hati yang murah, tetapi dia salah karena tidak memikirkan akan hari kedepan. Tuhan kurang setuju akan hal ini, dia memang murah hati, tetapi dia tidak bisa mengelola atau mengatur keuangannya. Tuhan mau bahwa kita memiliki hati yang murah hati dan juga bisa mengatur segala sesuatunya.

6     6.  Matius 6:8 berbunyi “Blessed are the pure in hearth, for they will see God. (New English Translation)”. Jika seseorang hidup benar, maka hubungan dengan diri sendiri akan baik; jika seseorang bermurah hati maka hubungan dengan orang lain akan baik; sedangkan jika memiliki hati yang murni, maka hubungan dengan Allah akan baik. Apakah hati yang murni (katharos) itu? Hati yang murni itu adalah hati yang tidak dicampuri oleh perkara duniawi, hati yang bulat (tidak mendua hati), hati yang tidak tahu bersandiwara. Itulah hati yang tulus yang tertuju kepada satu sasaran yaitu merampungkan kehendak Allah bagi kemuliaan Allah (1Kor 10:31). Tidak ada motivasi duniawi, tujuannya Allah saja. Baik dalam bekerja, ibadah, pelayanan semua dengan motivasi yang murni dan tulus. Dalam Mazmur 24 dikatakan bahwa orang “yang bersih tangannya dan yang murni hatinya” adalah orang “yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan (penyembahan berhala) dan yang tidak bersumpah palsu.” Artinya dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesama manusia ia bersih dari segala kepalsuan. Jika hati kita murni dalam mencari Allah, maka kita akan melihat Allah.  Bilamana kita memiliki hati yang murni? Jikalau kita memiliki kemurahan hati kepada sesama manusia. Sebab kemurahan hati akan menghilangkan kemunafikan, dan jika sikap munafik hilang, maka kemurnian akan muncul.

7    7.   Matius 5:9 “Blessed are the peacemakers, for they will be called the children of God. (New English Translation)”. Orang yang berbahagia adalah orang yang suka mendamaikan. Siapakah yang bisa mendamaikan orang? Orang yang memiliki hati yang murni, tanpa kemurnian hati, perdamaian tidak akan terjadi. Sebab kemurnian, ketulusan hati akan mempersatukan. Tuhan Yesus akan mendamaikan kita dengan Bapa di Sorga, karena hati Yesus itu murni. Demikian juga Allah memilih kita supaya bisa membawa damai (eireenopoio-peace makers) bagi manusia, bukan menciptakan kerusuhan atau pemberontakan (Ibr 12:14). Dalam Matius 10:34-36 Tuhan berkata, “Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku dating bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku dating untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya. ” Maksudnya bahwa kedatangan-Nya akan membawa konflik, bahkan konflik antar seisi rumah. Jika ingin hidup berkenan bagi Dia, maka haruslah mengasihi dan menomor-satukan Dia di atas segala-galanya, bahkan di atas sanak saudara yang paling dekat dan paling dikasihi sekalipun. Kita bukan sumber konflik, tetapi pengenalan kita kepada Tuhan menyebabkan terjadi pemisahan dengan orang lain, sebab prinsip dan pandangannya berbeda. Namun secara pasti ajaran Yesus dan para rasul untuk jangan mencari gara-gara atau menjadi sumber konflik. Sebaliknya, kita terpanggil untuk hidup dalam damai (1Kor 7:15), kita harus giat mencari “kedamaian” (1Ptr 3:11), kita harus “berusaha hidup damai dengan semua orang” (Ibr 12:14), kita harus “hidup dalam perdamaian dengan semua orang” (Rm 12:18).

      8.   Matius 5:10 berbunyi “Blessed are those who are persecuted for righteousness, for the kingdom of heaven belongs to them. (New English Translation)”. Dari pembicaraan  Dari pembicaraan Yesus tentang membawa damai, sekarang beralih kepada dianiaya, dari usaha merekonsiliasi ke pengalaman dimusuhi. Seolah-olah Tuhan mengatakan bahwa untuk menjadi seorang pendamai akan mengalami aniaya, sebab tidak semua orang mau menerima usul perdamaian. Tidak semua usaha rekonsiliasi berhasil. Seluruh dunia penuh dengan ketidak-benaran, sebab di bawah cengkeraman si jahat. Jika kita lapar dan haus akan kebenaran, kita akan teraniaya karena kebenaran. Demi Kerajaan Surga kita perlu membayar harga atas kebenran yang kita cari. Jika benar demi Kerajaan Surga, kita mendapat aniaya dan penderitaan. Misalnya, dalam lingkungan pekerjaan, kita mengetahui ada sesuatu yang tidak beres. Karena bermaksud bertindak menurut kebenaran dalam situasi itu, tidak jarang aniayalah yang diterima. Orang yang dianiaya karena kebenaran adalah orang yang berbahagia, “karena merekalah yang punya Kerajaan Surga.” Jika mencari kebenaran dengan membayar harga, Kerajaan Surga akan menjadi milik kita. Apakah yang membuat kita bertahan dalam penganiayaan? 2Kor 4:9a berbunyi “Kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian.

           9.  Matius 5:11-12 berbunyi “Blessed are you when people insult you and persecute you say all kinds of evil things about you falsely on account of me. Rejoice and be glad because your reward is great in  heaven, for they persecuted the prophets before you in the same way. (New English Translation)”. Bagaimana reaksi yang diharapkan Yesus dari para murid jika dianiaya? Bersukacitalah dan bergembiralah. Kita tidak boleh balas dendam seperti yang dilakukan orang pada umumnya, kita tidak boleh berbelas kasihan pada diri sendiri, kita tidak boleh acuh melainkan bersukacita dan bergembira. Mengapa harus bergembira? Sebab upahmu besar di Sorga. Kita mungkin akan kehilangan segala-galanya di dunia, tetapi kita akan mewarisi segala-galanya di Sorga. Penganiayaan merupakan salah satu bukti keaslian kekristenan kita, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu. Namun alasan utama mengapa harus bersukacita, ialah karena kita menderita, seperti yang dikatakan-Nya, “Karena Aku” (ay 11). Dari sejarah, diketahui bahwa para pengikut Kristus yang setia senantiasa berada di bawah aniaya. Sejak abad permulaan berdirinya gereja, kaum beriman sudah dihadapkan pada penganiayaan mengerikan di bawah kekuasaan Romawi.

Penganiayaan pertama dibangkitkan oleh Nero (54-68 M.) kira-kira 64 M. kemarahannya terhadap orang Kristen di Roma begitu sengit sehingga sejarawan gereja Eusebius mencatat, “Siapapun dapat melihat kota-kota penuh dengan mayat manusia, yang tua terbaring bersama dengan yang muda, dan mayat perempuan-perempuan dibuang…, tanpa pernghormatan di jalan-jalan terbuka.” Orang-orang Kristen dibuat menjadi kambing hitam atas terbakarnya kota Roma. Sejumlah besar orang Kristen ditangkap dan dihukum. Alat-alat yang sadis dipakai oleh Nero termasuk membakar orang Kristen hidup-hidup untuk menyalakan taman Nero. Mereka yang martir pada masa itu antara lain Paulus (67 M.) dan Petrus (69 M.). Bahkan penganiayaan terus berlangsung sampai sekarang ini di berbagai banyak Negara. Kita tidak usah heran kalau kebencian kepada orang Kristen meningkat, kita malahan harus heran bila itu tidak terjadi. Paradoksnya jika semua orang memuji, itulah celaka. Sebab itulah nabi palsu. Sebagaimana nabi palsu akan menikmati popularitas universal, demikian pula nabi-nabi Tuhan akan menderita siksaan dan pemburuan sepanjang masa. Penderitaaan adalah lencana kemuridan yang sejati murid tidak lebih besar dari gurunya. Mengikut Yesus berarti passio passive, menderita sebab kita mesti menderita. Itulah sebabnya Martin Lither menganggap penderitaan termasuk ciri khas gereja sejati.
  
10. Dalam injil Lukas perkataan berbahagia ini dotambahkan dengan ucapan Yesus, “Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaannya kamu telah memperoleh penghiburan, celakalah kamu yang sekarng ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis. Celakalah kamu jika semua orang memuji kamu, karena secara demikianlah juga nenek monyang mereka telah
11.  There are no sources in the current document.berbahagia.

Setelah kita baca penjelasan yang ada di atas, ada 9 point tingkatan yang ada. Nah, sekarang kalian berada di posisi bagian mana? Seandainya apabila saudara berada di point tingkatan no 1, janganlah bersedih, sebab tidak ada kata terlambat bagi Tuhan. Mulailah ambil komitmen bahwa saudara sangat butuh Yesus seperti orang yang sangat miskin yang selalu bergantung pada orang lain. Demikianlah kita harus seperti itu, kita bukan bergantung pada orang lain, tetapi kita bergantung/berharap penuh pada Yesus.
References
SURIA, I. (2013). KEHIDUPAN YESUS KRISTUS. (Santi-Amadeus, Ed.) MALANG, JAWA TIMUR, INDONESIA: YT Leadership Foundation. Retrieved February 2015


PENGHARAPAN YANG TAK MENGECEWAKAN

Standard


                  Semua kita yang hidup didunia ini pasti mengharapkan sesuatu hal yang nyata dan tidak membuat kita kecewa untuk memperolehnya. Roma 5:5 Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita”. Ayat ini mengajarkan, bahwa pengharapan kita atas dasar Yesus Kristus tidak akan pernah mengecewakan dan sekarang ini kita punya Roh Kudus yang Yesus Kristus tinggalkan bersama kita. Tugas kita adalah supaya kita tidak lepas dari pengharapan itu dan berpaling ke dunia. Ingatlah bahwa ketika kita sebagai Murid Yesus, berusaha sungguh-sungguh memegang Firman Tuhan dan Kebenaran, maka kita akan dibuang dan diasingkan dari dunia ini.

 Rasul Paulus mengingatkan kita di 2 Tim 4:3-4 “Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng”. Waktu itu sudah dan sedang terjadi di sekeliling kita sekarang ini.
                       Kita bisa hadir dan ada didunia ini dalam segala apapun keadaan kita, Tuhan mempunyai rencana dan harapanNya yang begitu besar bagi setiap hidup kita. Tetapi masalahnya sekarang bagaimana kita memperolehnya. Tentu saja hal ini tidak mudah untuk bisa kita peroleh karena kita harus menghadapi beribu tantangan yang datang. Inilah yang akan membuat kita lupa dan tidak percaya lagi dengan harapan dan rencana yang Tuhan telah taruh dalam kehidupan kita, sehingga kita akan berpaling daripada Tuhan dan mengikuti cara dunia yang sangat cepat dan mudah.  Rasul Paulus menasehatkan selanjutnya di 2 Tim 4:5 “Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!” dan dalam 1Petrus 1:6-9 mengatakan “Sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan… Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan, karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu”. Dalam ayat ini mengajarkan sekalipun kita dalam berbagai masalah tetapi hendaklah kita tetap bergantung dan merasakan sukacita daripada Tuhan. Sukacita dalam penderitaan bukanlah suatu kegembiraan yang tidak wajar, sebaliknya, sukacita yang sejati dapat terjadi ditengah penderitaan, lebih daripada suatu emosi di permukaan saja.
                       Ku ingin tetap bersamaMu, inlah perkataan yang sangat indah dan sangat menyenangkan hati Tuhan dan Dia juga akan berkata AKU TAK MENINGGALKANMU ANAKKU. Jika Tuhan selalu ada bagi kita, apalagi yang kita khawatirkan segala? 

Penulis 
Ratakan Zai

Sabtu, 17 Mei 2014

BERTAHAN SAMPAI AKHIR MENDATANGKAN UPAH......

Standard
 



Syalom....

Baca: Wahyu 14:6-13."Yang penting di sini ialah ketekunan orang-orang kudus, yang menuruti perintah Allah dan iman kepada Yesus." (Wahyu 14:12).

Kepada jemaat di Kolose Paulus menasihati,"Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dann tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya." (Kolose 1:23).

Seberapa jauh kita bertekun di dalam Tuhan? Seberapa tekun kita dalam doa, membaca serta merenungkan firman Tuhan? Sudahkah kita bertekun menjalankan ibadah kita? Bertekunkah kita dalam menjalankan tugas-tugas pelayanan yang dipercayakan Tuhan kepada kita?

Berbicara tentang ketekunan, mari kita belajar dari seorang Salomo (baca 2 Tawarikh 8:1-8). Sepintas kalau kita perhatikan, apa yang dilakukan Salomo dalam menjalankan ibadah terlihat rumit. Ada saja korban yang harus dipersembahkan pada hari-hari khusus: Sabat, bulan baru, hari raya, dan sebagainya. Meski demikian Salomo melakukan semua itu dengan sukacita. Salomo dengan tekun dan setia menjalankan ibadahnya kepada Tuhan, tidak setengah-setengah dan tanpa keluh kesah.

Kehidupan kita sebagai orang percaya sudah seharusnya mencontoh apa yang dilakukan Salomo, bukan saja harus membangun ibadah kita, tapi juga harus memelihara dan menjaga kehidupan ibadah kita. Itu membutuhkan ketekunan dan kesetiaan kita. Di dalam ketekunan terkandung unsur kemauan yaitu niat untuk beribadah dengan sungguh-sungguh. Bukan hanya sekedar beribadah atau beribadah hanya sebagai kegiatan Mingguan atau kebiasaan saja, namun kita harus menjadikan ibadah itu sebagai suatu kebutuhan, sama seperti orang yang bernafas setiap hari. Mengapa kita harus bertekun dalam ibadah? Sebab dalam ketekunan selalu ada janji yang Tuhan sediakan, seperti dikatakan:"Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu." (Ibrani 10:36).

Oleh karena itu, kalau kita mau, doa-doa kita dijawab oleh Tuhan, dan janji-janji-Nya digenapi dalam hidup kita, marilah kita bertekun dalam menjalankan ibadah kita, tekun dalam memelihara dan menjaga kehidupan ibadah kita, bertekun dan taat menjalankan firman-Nya, dan kita harus hidup benar di hadapan Tuhan.

Pada akhirnya, ketekunan inilah yang menjadi salah satu kunci kesuksesan orang Kristen atau tolak ukur kekristenan kita. firman Tuhan menegaskan bahwa apa pun jerih payah yang kita lakukan untuk Tuhan, tidaka akan pernah sia-sia!!Salomo dalam Amsalnya berkata:"Dalam tiap jerih payah ada keuntungan....." (Amsal 14:23).

Saudara-saudariku, sudahkah kita bertekun??? **

LUPAKAN YANG LALU TAPI JANGAN LUPAKAN TUHAN YESUS....

Standard
 


 


Baca: Filipi 3:1-16"Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah manangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah dibelakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang ada dihadapanku," (Filipi 3:13).


Di dalam kehidupan ini pasti ada hal yang selalu kita ingat-ingat:pengalaman manis juga pahit. Tetapi ada satu hal yang harus selalu kita ingat dan tidak boleh kita lupakan, yaitu Tuhan!!

Seringkali manusia begitu gampang melupakan Tuhan apalagi aat keadaan baik dan menyenangkan, seperti yang dikatakan: "....umatKu melupakan Aku, sejak waktu yang tidak terbilang lamanya." (Yeremia 2:32b). Namun sesungguhnya yang harus kita lupakan adalah pengalaman pahit, kegagalan dan juga kesalahan-kesalahan di masa lalu. Kita bisa belajar dari Rasul Paulus yang memiliki masa lalu yang hendak ia lupakan. Sebelum 'ditangkap' oleh Tuhan Yesus, Paulus yang sebelumnya bernama Saulus adalah penganiaya jemaat; ia sangat antipati terhadap orang-orang Kristen. Namun sejak bertemu Yesus hidup Paulus diubahkan. Alkitab menyatakan: "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17). Itulah sebabnya Paulus bertekad untuk melupakan masa lalunya yang kelam.

Sebagai orang percaya kita pun harus melakukan hal yang sama: mengunci pintu masa lalu dan tidak mengingatnya lagi. Adalah percuma mempersalahkan diri dan terus menerus menyesali semua keadaan yang sudah terjadi. Yang perlu kita lakukan adalah belajar dari keadaan itu dan bertekad untuk tidak melakukan kesalahan yang sama.

Saudara-saudariku, mari gunakan seluruh kekuatan kita menuju keberhasilan bersama Tuhan. Mungkin kita gagal di masa lalu, lupakan itu. Pikirkan langkah di depan kita. Jika kita senantiasa mengarahkan tujuan kepada Kristus, kita akan mengalami kemuliaan bersama Dia. Paulus telah melakukan banyak hal bagi Tuhan, tetapi dia tak menganggap dirinya telah mencapai semuanya. Saat di penjara pun dia tetap ingin lebih mengenal Tuhan dan mengerjakan segala yang Tuhan ingin ia lakukan. Ia tak pernah menghiraukan situasi dalam hidupnya, sekalipun penderitaan dan aniaya karena nama Tuhan harus dialaminya. Mungkin kita berkata, "aku bukan Paulus. Aku tidak bisa seperti dia." Kita tidak perlu harus menjadi seperti Paulus! TUHAN INGIN KITA LAKUKAN APA YANG DAPAT KITA LAKUKAN BAGI KEMULIAAN-NYA, JANGAN TERPAKU PADA MASA LALU!!**

MENGETAHUI APA YANG HARUS DI MINTA................

Standard



           Tanya Yesus kepadanya: "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Jawab orang buta itu: "Rabuni, supaya aku dapat melihat!" (Markus 10:51)Mengetahui apa yang harus diminta. Seandainya anda diberikan kesempatan untuk menyampaikan satu permintaan yang pasti dikabulkan, apa yang akan anda minta? Kita bisa pusing tujuh keliling untuk menentukan satu permintaan. Mungkin kita akan berharap permintaan jangan hanya satu, tapi tiga, tapi ketika dikasih tiga kita pun akan kembali bingung karena ingin lebih. Seandainya diberi 10, apakah menjadi lebih mudah? Tidak juga. Kita selalu punya daftar permintaan, atau wish list yang panjang, yang seringkali kita bawa ke dalam doa kita setiap hari. Melihat teman pakai BlackBerry, kita pun ingin memilikinya. Melihat tetangga punya mobil baru, kita pun ingin sama. Seperti itulah kita dan kebutuhan kita dalam hidup yang tidak akan pernah ada habisnya.
     
       Tidak salah memang meminta kepada Tuhan, tapi seringkali kita terlalu fokus kepada kebutuhan duniawi yang instan ketimbang kebutuhan yang lebih penting. Kita akan lebih suka meminta kekayaan, mobil, hp baru, rumah dan sebagainya ketimbang minta diberkati dalam pekerjaan supaya berhasil. Kita akan lebih mudah meminta kesembuhan setelah sakit ketimbang komitmen untuk secara rutin berolahraga dan menjaga kesehatan sejak dini. Kita berdoa minta kelulusan tapi lupa meminta hikmat Tuhan turun atas kita ketika sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian.Kita selalu boleh datang kepada Tuhan untuk meminta sesuatu, tapi alangkah lebih baik jika kita mengetahui terlebih dahulu apa yang harus kita minta. Tuhan tahu apa yang kita butuhkan. Ada kalanya Dia tidak mengabulkan permintaan itu, dan itu bukan karena Tuhan pilih kasih, berat sebelah atau menutup telingaNya dari kita. Bukan karena tidak peduli tapi justru karena Dia sayang kepada kita. Terkadang kita tidak tahu bahwa yang kita minta bisa membawa kita ke dalam kejatuhan. Kita hanya melihat kulit luarnya yang nikmat, sedangkan isinya yang berpotensi menjauhkan kita dari Tuhan tidak kita lihat. Tidak heran ketika kita hanya diberi satu kesempatan untuk meminta sesuatu, kita pun akan bingung menentukan pilihan.Mari kita lihat Markus 10:46-52 mengenai Yesus menyembuhkan Bartimeus. Pada suatu kali ketika Yesus dan murid-muridNya tiba di Yerikho, kehadiran mereka pun segera disambut oleh banyak orang. Termasuklah di dalamnya seorang pengemis buta bernama Bartimeus yang waktu itu duduk di pinggir jalan. (ay 46). Mendengar bahwa yang datang adalah Yesus, ia pun segera berseru, "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" (ay 47). Aduh, seorang pengemis, buta pula, malah berani-beraninya memanggil Yesus? Itu tampaknya yang dipikirkan orang-orang disana. Bartimeus pun ditegur. Tapi semakin ditegur, semakin keras pula teriakannya. "Anak Daud, kasihanilah aku!" (ay 48). Dan Yesus mendengarnya! Lalu ia pun diminta untuk mendatangi Yesus. Lalu terjadilah percakapan antara Yesus dan Bartimeus. "Tanya Yesus kepadanya: "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Jawab orang buta itu: "Rabuni, supaya aku dapat melihat!" (ay 51).Yesus memberikan kesempatan kepada Bartimeus untuk meminta. Jika kita ada di pihak Bartimeus, apa yang akan kita katakan? Mungkin saja kita akan segera meminta berbagai hal kepada Yesus, mumpung kesempatan ada. Bartimeus sudah lama meminta-minta, itu artinya ia miskin, disamping matanya buta. Mungkin jika kita menjadi Bartimeus, kita akan sekaligus minta pekerjaan, atau harta, rumah dan sebagainya disamping mata yang bisa melihat.

        Tapi Bartimeus tahu benar apa yang ia perlukan. Yang ia perlukan hanyalah kemampuan untuk dapat melihat. Begitu ia bisa melihat, ia tahu bahwa ia bisa berusaha. Yang menjadi kendala selama ini adalah kebutaan matanya. Ia tidak perlu meminta apa-apa lagi, karena ia tahu dengan sepasang mata yang mampu melihat, ia akan mampu berbuat sesuatu untuk bisa hidup layak. Lalu kata Yesus kepadanya: "Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!" (ay 52a). Dan seketika itu juga Bartimeus pun bisa melihat dan segera mengikuti Yesus.Kita bisa belajar dari Bartimeus yang tahu apa yang harus ia minta. Firman Tuhan berkata:"Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan." (Matius 7:7-8). Ya, minta, cari dan ketuk. Tapi mari kita lihat ayat selanjutnya."Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan?" (Matius 7: 9-10). Meminta roti, maka akan mendapat roti dan bukan batu. Meminta ikan, maka akan mendapat ikan dan bukan ular. Dari rangkaian ayat-ayat dalam Matius 7 ini kita bisa melihat bahwa agar mendapat jawaban atas doa kita, kita harus meminta dengan kesungguhan hati dan tahu dengan jelas apa yang kita butuhkan. Selain itu, jangan lupa pula bahwa kita harus meminta dengan kepercayaan, karena "apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya." (Matius 21:22). Ini syarat penting agar permintaan kita dikabulkan. Dan Bartimeus melakukan itu semua. Tidak heran jika Yesus tidak hanya menyembuhkan matanya tapi justru berkata "Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!" Adalah iman Bartimeus, yang percaya dan tahu apa yang ia butuhkanlah yang telah menyelamatkannya.Pesan Moral:Saudara-saudariku.....Hari ini Yesus sama siapnya untuk menjawab permintaan kita seperti Dia dahulu kepada Bartimeus. Pertanyaannya sekarang, apakah kita sudah tahu apa yang sesungguhnya perlu kita minta seperti halnya Bartimeus atau kita masih terlalu bingung untuk memiliki segala hal yang mungkin tidak terlalu kita butuhkan atau malah berpotensi untuk membuat kita lupa diri hingga bisa membinasakan kita? Seperti kepada Bartimeus, kita pun butuh Yesus untuk membuka mata kita agar mengetahui apa yang sesungguhnya kita butuhkan. Jika kita tahu apa yang harus kita minta, maka doa kita pun akan seolah mendapat kekuatan baru yang akan langsung mengarah kepada inti persoalan. Oleh karena itu kita harus belajar untuk menyingkirkan hal-hal yang tidak terlalu perlu dalam daftar permintaan kita, dan menggantinya dengan sesuatu yang sungguh kita butuhkan.